SAHABAT NANGGROE. Rabi'i bin Sulaiman rah.a. menceritakan kisah hidupnya, "Pada suatu ketika aku pergi untuk menunaikan haji bersama saudara lelakiku dan sekumpulan calon jemaah haji lainnya. Ketika sampai di Kuffah, aku pergi ke toko untuk membeli beberapa keperluan untuk di perjalanan. Di pertengahan jalan yang sunyi, aku melihat seorang perempuan berpakaian seperti orang miskin sedang memotong-motong daging dari seekor bangkai keledai yang mati yang tergeletak diatas tanah, yang kemudian dengan tergesa-gesa ia kumpulkan daging tersebut kedalam sebuah bakul.
Melihat semua keadaan ini aku merasa sangat berdukacita, wanita ini kemudian membawa daging yang telah menjadi bangkai tersebut. untuk diberikan kepada orang lain. Namun setelah memperhatikan hal ini aku tidak bisa berdiam diri saja dan terus mengikutinya.
Setibanya di kota, wanita tadi pergi kesebuah rumah yang mempunyai pintu yang besar. Dia pun mengetuknya, dan setelah setelah memperkenalkan dirinya empat gadis muda datang membukakan pintu. Dia masuk ke dalam dan meletakkan bakul tersebut di hadapan para gadis. Ketika itu para gadis tersebut menangis dan si ibu itupun mengetahui bahwa mereka sedang menghadapi suatu keperluan yang banyak dengan keadaan nasib yang dirundung malang. Ketika itu aku mendengar di balik pintu si ibu berkata, "Ambilah ini dan masaklah sendiri untuk kalian makan, dan bersyukurlah kepada Allah. Sesungguhnya hanya Allah lah yang berkuasa atas segala-galanya, dan Dia berkuasa untuk membolak-balikkan hati manusia."
Kemudian para gadis itu memotong daging tersebut, memanggangnya dan mulai hendak memakannya. Dari tempat dimana aq berdiri, aku merasakan duka nestapa yang teramat sangat menjerit, sehingga membuat mulutku tak kuasa untuk berkata,"Wahai hamba-hamba Allah , demi Allah, jangan makan daging itu !!" Dari dalam rumah (si ibu) balik membalas dengan teriakan, "Siapa kamu" Aku menjawab, "Aku orang asing disini." Dia berkata, "Wahai orang asing, apa yang kamu inginkan dari kami? " Diri kami sendiri dalam keadaan yang sangat sulit dan terbelenggu oleh takdir yang telah ditentukan untuk kami. Selama tiga tahun, kami tidak ada yang membantu, dan tidak ada lagi saudara kami di atas bumi ini. Apa yang kamu kehendaki dari kami?'
Aku berkata, "Dalam agama mana pun tidak di benarkan memakan daging binatang mati tanpa di sembelih (bangkai) selain di kalangan orang-orang majusi (penyembah api)."
Dia menjawab, "Kami ini dari keluarga Rasulullah saw.. Bapak dari anak-anak perempuanku ini adalah seorang sayyid yang mulia. Adalah menjadi keinginannya yang besar untuk mengawinkan anak-anak perempuannya ini dengan lelaki yang setaraf denganya. Malangnya dia telah meninggal dunia, dan baru sebentar saja setelah dia meninggal,, bekal-bekal yang ditinggalkannya untuk kami telah habis. Kami tau bahwa tidak di benarkan memakan bangkai daging binatang yang di sembelih dengan asma Allah, tetapi ketika keadaan yang memaksa sseseorang, ia dibenarkan. Sudah selama empat hari kami tidak mendapati mekanan untuk di makan.
Ketika aku mendengar kisahnya, aku sangat sedih dan menangis dengan perasaan sangat berduka, lalu aku kembali dari sana untuk segera menemui saudaraku lagi, dan aku berkata kepadanya," Saudaraku sekarang aku tidak lagi berniat untuk meneruskan perjalanan haji ini." Mendengar perkataanku ini, saudaraku membujukku untuk dapat meneruskan perjalanan. Dia menerangkan kepadaku bahwa orang yang kembali dari menunaikan ibadah haji akan menjadi seperti seorang bayi yang baru lahir. Aku pun memberitahukan kepadanya supaya untuk tidak banyak menghabiskan banyak waktu lagi untuk mengubah keputusannku, kemudian aku mengambil pakaian ihramku dan semua barang-barangku bersama 600 dirham, lalu aku membeli tepung seharga 200 dirham dan pakaian seharga 100 dirham. Kemudian aku menghantarkan semuanya kerumah gadis-gadis tersebut dengan terlebih dahulu menyembunyikan seluruh uang lebihnya didalam tepung.
Ketika si ibu menerimanya, dia memuji-muji Allah sebanyak-banyaknya dan berkata kepadaku, "Semoga Allah mengmpuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Semoga Allah memberikan kamu ganjaran haji dan mengaruniakan kamu suatu tempat yang tinggi di surga, semoga Allah memberi ganti untukmu dengan ganti yang lebih baik dari apa yang telah kamu berikan kepada kami, sebagai suatu pengganti yang kamu sendiri tidak akan mengetahuinya kelak."
Gadis yang tua berkata," Semoga Allah memberi ganjaran untuk kamu dua kali lipat dan mengampuni dosa-dosamu." kemudian yang kedua berkata, "Semoga Allah mengaruniakan kamu lebih banyak dari apa yang telah kamu berikan kepada kami." Yang ketiga juga berkata, "Semoga Allah membangkitkan kamu pada hari kiamat bersama kakek kami Rasulullah SAW.. dan yang termuda berkata, "Ya Allah orang yang telah membantu kami ini, berilah dia anugerah sebanyak-banyaknya dan secepat mungkin, dan ampuni dosa-dosanya yang lalu dan akan datang."
Rabi'i rah.a meneruskan kisahnya, " Para jamaah Haji telah berangkat dan aku sendiri yang tinggal di kuffah. Ketika mereka telah kembali dari ibadah haji aku pun pergi untuk mnyambut mereka, dengan harapan agar mereka berdoa untuk ku. ketika satu rombongan datang dan terlihat olehku, terasa olehku ada sedikit perasaaan menyesal, karena telah membatalkan perjalananku bersama mereka pada waktu itu, karena tidak menunaikan ibadah haji bersama mereka. Dalam keadaan sedih seperti ini air mata mengalir dari kelopak mataku. Ketika bertemu mereka aku berkata,"Semoga Allah menerima hajimu dan memberimu ganjaran atas apa-apa yang telah kamu belanjakan," Kemudian salah seorang dari mereka berkata kepadaku, "Mengapa kamu berkata demikian?, Doa apakah ini? Aku menjawab, "Ini adalah doa harapan bagi seorang hamba yang telah tertinggal dari rahmat Allah untuk dapat hadir bersama-sama di pintu-Nya. Dia menjawab, "Perkataan yang menakjubkan. Bagaiman mereka sekarang bisa mengelak tentang kehadirannya di sana? Tidakkah kamu berhadir bersama kami di padang arafah? Sesungguhnya kamu bersama kami ketika kami melontar batu jumrah, kamu melakukan thawaf bersama kami." Aku berfikir, "Ini pasti karunia Allah."
Ketika menunggu disitu, para jamaah haji dari tempatku pun tiba dan aku berkta salah seorang dari mereka. "Semoga Allah menerima dan memberikan kamu skalian ganjaran atas upaya dan jerih payah kamu beserta dengan pembelanjaan mu di jalan-Nya." Dia juga bicara mengenai kehadiranku di Arafah dan di Mina. Mereka sangat terkejut ketika aku mengelak dari hal tersebut. salah satu dari mereka datang kehadapan ku dan berkata, "Saudaraku kenapa kamu mengelak?, Apa ini? Kamu sesungguhnya bersama kami di Mekkah dan Madinah, ketika kita keluar kamu memberikan tas ini kepadaku karena sangat banyak kerumunan dan berdesek-desakan di sekeliling kita. Diatasnya tertulis artinya :
"Siapa yang berurusan dengan kami, akan beruntung."
"Nah ambilah tas yang berisi uang ini, Rabi'i rah.a berkata, "Aku bersumpah demi Allah aku tidak pernah melihat tas uang itu seumur hidupku. Walau bagaimanapun dengan perasaan yang penuh dengan rasa ketakjuban, aku membawa pulang tas uang itu. Setelah shalat Isya dan menyelesaikan wazhifah (dzikir rutin) malam seperti biasa aku terlentang memikirkan kisahku aneh ini, yang mana aku hadir sewaktu penunaian haji sedangkan aku tahu bahwa aku telah membatalkan perjalanan haji ku.
Dalam keadaan pikiran begini, aku tertidur dan bermimpi melihat dan bertemu dengan Rasulullah SAW.. Aku memberi salam kepada beliau mencium tangan beliau. Dengan senyuman yang ceria, beliau menjawab salamku dan berkata kepadaku : "Wahai Rabi'i, berapa saksi lagi yang kamu kehendaki supaya kamu percaya bahwa kamu telah menunaikan ibadah haji? Namun kamu masih tidak percaya. Dengarlah dengan kebaikan hatimu yang mana telah mengurung niatmu untuk menunaikan ibadah haji dan sebaliknya kamu telah berbuat kebajikan kepada wanita dan anak-anaknya, dan ketika kamu juga memberikan bekalmu kepada mereka, aku berdoa kepada Allah supaya mengaruniakan suatu ganjaran yang lebih baik dan menguntungkan sebagai gantinya. Maka Allah telah menyebabkan seorang malaikat muncul dalam bentukmu dan memerintahkannya supaya melakukan ibadah haji bagimu disetiap tahunnya untuk selama-lamanya di dunia ini hingga hari kiamat.Dan juga Allah telah mengaruniakan kepada mu dengan 600 uang mas sebagai ganti atas 600 dirham yang telah kamu belanjakan. Siapa yang berurusan dengan kami, akan beruntung."
Ketika aku terjaga dari mimpi ini, aku pun segera membuka tas tersebut dan melihatnya, aku dapati 600 uang emas. (Rushaftus Sawii)
Posting Komentar