SAHABAT NANGGROE. Tersimpan cerita sejerah yang sangat menginspirasi dari seorang pengerajin emas dimasa Pemerintah kolonial belanda yang berpusat di Kutaraja yang saat ini disebut dengan nama Kota Banda Aceh, menggelar satteling yaitu pasar malam terbesar yang diadakan di Esplanade yang sekarang dikenal sebagai Lapangan Blang Padang.
Pemerintah Kolonial Belanda memberikan kesempatan kepada para pengrajin emas dan perak untuk membuka stand-nya dan memamerkan hasil kerajinan tangan mereka. seorang pengerajin emas dan perak bernama Mahmud Ibrahim (Utoh Mud) yang memiliki kemahiran dan keterampilannya dalam membuat emas, mendapatkan sertifikat bergengsi dari Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1935, dengan hasil karyanya membuat sebuah perhiasan baru bermotif Pinto Aceh yang terinspirasi dari bangunan Pinto Khop yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607-1636. Utoh Mud selalu di kunjungi oleh para pejabat kolonial Belanda dan keluarga mereka untuk memesan dan membeli berbagai jenis perhiasan tradisional Aceh yang dapat ditemui dipusat usaha kerajinan perhiasan, tepatnya di Bakongan, Kutaraja.
Pinto Khop atau pintu Taman Ghairah yang saat ini disebut Taman Bustanussalatin merupakan taman Istana Kesultanan Aceh Darussalam merupakan bagian monumen bersejarah peninggalan Sultan Iskandar Muda. Pinto Khop ini adalah pintu belakang Kerajaan Aceh yang dikhususkan untuk pintu keluar masuknya permaisuri Sultan Iskandar Muda beserta dayang-dayangnya, apabila sang permaisuri menuju ketepian Krueng Daroy untuk bermandian senantiasa melewati Pinto Khop. Saat ini sebagian kecil Taman Ghairah tersebut sudah dipugar dan dikenal dengan nama Taman Putroe Phang, yang diambil langsung dari nama permaisuri Sultan Iskandar Muda yang berasal dari Pahang, Malaysia.
Posting Komentar